Puasakah Para Pengeroyok Ade Armando?

  • Whatsapp

MEDAN – Benarlah yang dikatakan oleh Sayyidina Muhammad Saw berapa banyak orang yang berpuasa tapi puasanya sia-sia kecuali hanya berlapar-lapar dan dahaga saja. (HR. Thabrani).

Aksi penganiayaan terhadap seorang Ade Armando yang dilakukan sekelompok masa menunjukkan aksi bar-bar atau anarkis yang tidak sesuai dan bertentangan dengan Pancasila, nilai-nilai ajaran Islam dan ajaran spiritual mana pun di atas muka bumi ini.

Read More

Mereka kini sudah ditangkap pihak kepolisian dan harus mempertanggungjawabkan perbuatan kotor tersebut.

Muslimkah mereka itu? Kemungkinan besar mereka muslim dari tampilan luarnya. Puasakah mereka itu? Kemungkinan besar mereka berpuasa.

Tidak heran jika ada seorang muslim yang berpuasa tapi perilakunya begitu keras, ganas, sadis dan tanpa ampun. Karena memang tidak terdidik dengan baik atau bisa jadi salah pengajian.

Umat Islam harus kembali kepada khittah sesuai makna Islam itu adalah membuat keselamatan, menciptakan perdamaian dan menebar kedamaian. Jika membuat keonaran, melakukan sikap anarkis, itu bukan “muslim” tapi “muhlik”.

Gak pantas bagi Anda yang telah menyatakan diri Islam tapi menyebarkan teror, ketakutan, kezaliman dan kerusuhan. Itu sama saja mengotori atau merusak nama Islam itu sendiri.

Tindakan biadab itu, bukan hanya menghajar hingga babak belur tapi nafsu lawwamah mereka itu berujung pada aksi menelanjangi saudara Ade Armando. Tindakan ini adalah kriminalitas yang fatal, melebihi kebuasan hewan bahkan lebih jahat daripada iblis sekali pun.

Sudah semestinya kita bersabar dari perbedaan sikap maupun paradigma. Kita harus lebarkan sayap-sayap toleransi terhadap keberagaman.

Belajarlah ilmu dan bacalah aneka bacaan yang berkualitas supaya kedewasaan diri itu muncul dan tidak berperilaku sewenang-wenang dengan menyakiti orang lain. Dengan banyak belajar maka akan banyak tumbuh cinta dan penguasaan diri.

Kata Betrand Russell, “The good life is one inspired by love and guided by knowledge.” (Hidup yang baik adalah yang diinspirasi oleh cinta dan dibimbing oleh pengetahuan).

Puasa mereka tidak membekas ke dalam kalbu yang berkualitas. Puasanya kosong karena keimanan yang kopong. Puasa mereka hampa karena tiada ikhlas yang ditempa.

Ibnu Malak dalam kitabnya Syarhul Mashabih menyatakan, “Kullu shaumin laa yakuunu khaalishan lillaah laa yahshulu illal juu’ wal athasy bilaa tsawaab.” Artinya: Setiap puasa yang tidak dimurnikan hati mereka dengan tulus kepada Allah maka tak ada nilai atau pahala yang diperoleh kecuali lapar dan dahaga saja.”

Semoga kita semakin baik, semakin cerdas dan semakin santun dalam hidup yang tertuntun.

Penulis: Ustadz Miftah Cool

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *