Prof. Budi Rektor ITK Sebut Menutup Kepala Ala Manusia Gurun Bukanlah Rasis Tapi Idealis

  • Whatsapp

TARGET24JAM – Disebutkan dalam Alquran, Dan mereka berkata, “Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau menggunakan akal tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk: 10).

Potensi dalam menggunakan akal itu perlu sekali untuk membangun konstruksi kehidupan yang kuat, kokoh dan maju. Akal yang terus diasah maka akan menghasilkan pisau analisis yang tajam sehingga tidak salah dan emosi dalam memahami suatu statement.

Read More

Dengan kecermatan dalam berpikir, Prof. Budi Santosa Purwokartiko mampu menyeimbangkan nilai-nilai keagamaan, Pancasila dan sains. Status-statusnya di facebook benar-benar membangkitkan nalar berpikir yang baik sehingga menghasilkan open minded dalam menerima pembaharuan.

Dengan gelar akademisi yang diperolehnya jelas beliau telah melakukan rihlah pendidikan dan penelahaan yang mendalam dari idealisme yang dibangunnya dalam setiap tulisan yang ia sampaikan.

Mahasiswi yang menutup kepala ala manusia gurun adalah mengandung rasisme tidaklah tepat. Kata manusia gurun itu sebuah frase singkat yang bermakna manusia yang tinggal di gurun. Sama ketika kita menggunakan kata “gali lobang”, kalau kata ini dipahami secara sempit tentu sulit meyakininya, tapi ketika kita menggunakan akal, maka ungkapan itu sebenarnya redaksi singkat dari menggali tanah untuk membuat lobang. Orang Indonesia dalam menggunakan kalimat suka instan, praktis dan ekonomis dalam kata.

Pada kenyataannya memang manusia yang tinggal di gurun menutup kepala mereka sebagaimana adat tradisi yang disesuaikan iklim dan cuaca setempat yang sangat panas.

Perbedaan tentang perempuan yang memakai tutup kepala dengan yang tidak itu sudah menjadi debatable di masa sekarang ini walaupun dahulunya tidak.

Karena kondisi geografis dan antropologis berdasarkan kultur, maka pakaian para pria dan terutama wanitanya beda-beda. Itu sebabnya Imam Ibnu Asyur dalam kitabnya At-Tahrir Wat Tanwir menyebutkan salah satu penafsiran surat An-Nur ayat 31 adalah bahwa para wanita boleh menampakkan lengan, kaki dan rambutnya.

Maka wajar wanita Indonesia tidak menutup kepala seperti para wanita yang tinggal di gurun pasir karena secara antropologi budaya dan kultur saja sudah berbeda. Wanita Indonesia sejak dahulu terbiasa terlihat rambut mereka dalam berbagai momen atau pun aktivitas. Kalau pun jilbabisasi begitu terbuka itu karena trend atau fashion saja.

Pada dasarnya memang dalam Islam itu sendiri Rasulullah Sayyidina Muhammad Saw pernah menyampaikan, Sesungguhnya Allah Swt tidak memandang fisik dan penampilanmu tapi yang Allah pandang adalah hati dan perbuatanmu. (HR. Bukhari).

Dengan demikian idealisme yang disampaikan Prof. Budi bukanlah mengejek atau rasis apalagi Islamphobia tapi itu sebenernya adalah pesan edukatif kepada para mahasiswa/i-nya untuk lebih menggunakan akal dan nalar sesuai bidang sains teknologi yang digeluti oleh mereka. Jangan sampai karena terlalu memperhatikan pakaian lupa pada potensi akal yang diberikan. Sibuk dengan cover tapi lupa dengan isi, berkutat di urusan fisik lupa pada hal yang batiniy, dan itu terjadi di masa ini.

Menurut hemat penulis, Prof. Budi adalah pelita di tengah kegelapan, panutan untuk para mahasiswa, karir beliau harus lebih lagi ke depannya dan ditempatkan di tempat yang spesial karena pemikiran dan paradigmanya sangat konstruktif, edukatif dan kapabel.

Penulis: H. Miftahul Chair, S.Hi. MA (Ustadz Miftah Cool).

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *