Kepala BMKG :”Jabodetabek Akan Alami Dampak La Nina Lebih Awal”

  • Whatsapp

JAKARTA — Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Prof Dwikorita Karnawati, PhD mengungkapkan sedikitnya ada lima potensi ancaman bencana yang bakal terjadi akibat fenomena La Nina di tanah air.

Fenomena yang akan berlangsung pada Oktober 2020 hingga Maret 2021 ini akan meningkatkan curah hujan 20-40 persen dari biasanya.

Khusus pada Desember, kondisi itu akan diperparah dengan munculnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) dari Samudera Hindia. Fenomena MJO sedang berlangsung di garis tropis Indonesia pada 18-24 Oktober, tapi saat ini La Nina belum pada puncaknya.

Begitu juga musim penghujan baru dimulai sehingga tidak terlihat ekstrem dampaknya. Tapi MJO diperkirakan akan kembali pada Desember bertepatan dengan puncak La Nina.

“Curah hujan yang sangat tinggi kemungkinan akan memunculkan bencana hidrologis berupa banjir atau banjir bandang, longsor, angin kencang, dan puting beliung,” papar Dwikorita, beberapa hari lalu.

Bila tidak di antisipasi dengan baik, semua itu akan merusak banyak infrastruktur. Terutama rusaknya lahan pertanian dan perkebunan sehingga mengganggu ketahanan pangan.

Berbagai bencana itu juga akan mengganggu kehidupan masyarakat sehingga harus mengungsi. Karena saat ini juga tengah ada pandemi,dikhawatirkan juga akan memicu timbulnya wabah lain.

Dwikorita mencontohkan, salah satu dampak terburuk La Nina pada 2010.

Saat itu 8,1, persen dari 13,5 juta hektare lahan persawahan rusak akibat banjir. Belum lagi kerusakan infrastruktur lainnya, jumlah warga yang mengungsi, serta terganggunya berbagai aktivitas sosial dan ekonomi.

“Jadi, jangan main-main dengan La Nina. Makanya kami informasikan sejak dini,” kata mantan Rektor UGM itu.

Dia bersyukur para kepala daerah sudah lebih responsif terhadap informasi yang disampaikan BMKG. Badan-badan terkait juga sudah mulai melakukan sosialisasi kepada masyarakat guna melakukan langkah-langkah antisipatif.

• Jabodetabek Lebih Awal

BMKG memastikan bahwa wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) akan mengalami dampak fenomena La Nina lebih awal dari wilayah lainnya.

La Nina merupakan fenomena alam yang berpotensi menambah curah hujan hingga 40% dari rata-rata normal lebih banyak di Tanah Air.

Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, wilayah yang akan mengalami musim hujan lebih awal yakni di sebagian wilayah Sumatera dan Sulawesi serta sebagian kecil Jawa.

“Termasuk Jabodetabek, Kalimantan, NTB dan NTT,” kata Hary seraya mengingatkan perlunya peningkatan kewaspadaan dan antisipasi dini pada wilayah yang diprediksi akan mengalami musim hujan di atas normal (lebih basah dari normalnya).

Ia menambahkan, BMKG memperkirakan puncak musim hujan dalam fenomena La Nina akan berlangsung pada Januari hingga Februari 2021.

Pemerintah dan masyarakat diminta mewaspadai wilayah yang rentan bencana hidrometeorologi seperti genangan, banjir, longsor dan banjir bandang.

“Pemerintah dan masyarakat juga dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya melalui gerakan memanen air hujan,” tandasnya. (Red)

———
Berita di atas bersumber dari detiknews.com

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *